Minggu, 24 Februari 2013

renungan part IV

Menemukan diri(cogito)

.Ada satu buku di kamar saya,berjudul Menjadi jenius seperti Leonardo Da Vinci.Dalam buku tersebut,Michael J.Gelb(motifator dunia) si pengarang buku,mengawalinya dengan kata pengantar sangat menarik begini; Meskipun sulit untuk tidak melebih-lebihkan kecemerlngan leonado Da vinci,riset ilmiah baru-baru ini mengungkapkan bahwa kemungkinan besar kita kurang menghargai kemampuan kita sendiri.kita dianugerahi kemampuan tak terbatas dalam belajar dan berkreatifitas.Ia kemudian menutup dengan manis diakhir pengantar tersebut dengan percaya diri dan semangat;Jenius itu diciptakan bukan dilahirkan.Memang benarlah bahwa kita hidup dan berinteraksi di tengah masyarakat dengan konsekuensi logis,kita terikat dan tidak mengambang bebas seperti burung.Sekalipun demikian,sikap tubuh dan ekspresi emosi dibentuk di sana, kita masi punya satu titik terang bahwa semua itu muncul karena kesepahaman bersama.Dan itu ditempatkan dalam jangakuan lingkungan sosial yang boleh berevolusi wujud,gatranya,citranya.Kalau tidak ada segelintir orang berani seperti Galileo Di Bonaiuti Vincenzo de 'Galilei,mungkin kita masih terkubur dalam kekakuan pengetahuan dan doktrin.Sekitar tahun 1609 Galileo menyatakan kepercayaannya bahwa Copernicus dan leluhurnya Aristachrus berada di pihak yang benar, tetapi waktu itu dia tidak tahu cara membuktikannya. Di tahun 1609, Galileo dengar kabar bahwa teleskop diketemukan orang di Negeri Belanda. Meskipun Galileo hanya mendengar samar-samar saja mengenai peralatan itu, tetapi berkat kegeniusannya dia mampu menciptakan sendiri teleskop. Dengan alat baru ini dia mengalihkan perhatiannya ke langit dan hanya dalam setahun dia sudah berhasil membikin serentetan penemuan besar.Generasi berikutnya amat beralasan mengagumi Gahleo sebagai lambang pemberontak terhadap dogma dan terhadap kekuasaan otoriter yang mencoba membelenggu kemerdekaan berfikir. Arti pentingnya yang lebih menonjol lagi adalah peranan yang dimainkannya dalam hal meletakkan dasar-dasar metode ilmu pengetahuan modern.
Berhenti sejenaki!Angkat mata anda dari teks ini,letakkan di benak anda !
….Lalu apa gunanya kita sebagai makluk pencipta "teks" bersandar padanya tanpa kesadaran sepenuhnya bahwa kita telah diberikan karunia tak terhingga itu (serupa dengan_Nya) diatas segalah wacana teks?.Kalau tidak ada penghargaan akan potensi diri yang sangat berbeda setiap DNA dalam lingkungan sosial bagaimana ilmu pengetahuan bisa terus relevan dengan realita?Hidup dalam  masyarakat terstruktur,tersistem,dengan konsekuensi dicap merusak tatanan tersebut.Tapi! Bukankah sekarang sudah lewat?sesuatu sudah dikoreksi.Para Postrukturalis mengoreksi,dimana struktur tidak lagi tanpa celah,segala sesuatu dicampuradukan,yang lama diambil baiknya yang baru dilihat mana yang relevan dan tidak.Diri harus ditemukan kembali dan dibentuk sesuai dengan dorongan libido( sex) yang tak akan menipu.Keinginan sendiri bersifat revolusioner masyarakat berusaha menghalangi,mengontrol dan menekannya.Yang dikatakan Gilles Deleuze(filsuf) dan Felix Guattari(psikoanalisis) "mengodekan keinginan adalah usaha masyarakat".Ini sama dengan pengembara sejati,ialah para Nomad yang terus berpetualang dengan jari yang menunjuk dahinya,mencobah hidup tanpa dihalangi peraturan dan kode dominasi.Lupakanlah untuk sementara waktu,wacana "teks",kelas,dan masyarakat bila perlu.Berdirilah di luar lingkaran dominasi mereka.Lihatlah.betapa banyak yang harus diperbuat.Itu sesungguhnya nasehat yang diwariskan sebangian besar jenius untuk kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar